Kalau ada kata ‘cinta’ dalam idola, maka berhati-hartilah. Kata Rasul, “Engkau akan bersama yang kau cintai di akhirat kelak.”
Bro n Sis, apa kabar? O ya pada kesempatan kali ini kita akan berbicara tentang ‘idola’, yup, siapa sih yang ga punya idola? Kita semua sebagai manusia normal pasti punya tokoh sebagai idola bagi diri kita. Tentunya idola yang kita pilih pasti punya kharisma yang bisa menginspirasi kita.
Rasanya akan sangat kecewa kalo tokoh yang kita idolakan ga sesuai yang kita harapkan. Contohnya ketika kita mengidolakan penyanyi ato grup band, kemudian grup band tersebut akhirnya bubar. Bagi fans (penggemar) beratnya pasti akan kecewa, gimana tidak, mereka udah ngorbanin waktu en uangnya untuk membeli pernak-pernik idolanya tapi pada akhirnya mengecewakan... apakah seperti itu yang disebut dengan idola?
Mas en Mbak Bro, dulu waktu kita masih kecil, ato mungkin sekarang anak-anak di sekitar kita seringkali mengidolakan atau meniru salah satu artis atau tokoh kartun yang sebenarnya adalah tokoh kiasan. Sekarang kebanyakan anak-anak (generasi islam) kalo ditanya tentang nama-nama personil boyband SMASH pasti hafal semua, coba tanya siapa nama-nama putra dan putri Rasulullah? Ato jangan jauh-jauh deh, coba tanya sepuluh pahlawan nasional Indonesia, pasti sedikit yang bisa. Tul gak? Yang jelas media juga punya andil dalam hal itu, alangkah baiknya jika para pengusaha media dapat berpartisipasi dalam pembentukan karakter generasi umat.
Idola, selalu membawa ideologi. Dari yang sederhana, ideologi berpakaian dan berpenampilan (gambar idola di kaos, pernak-pernik). Sampai yang merasuk, ideologi yang menentukan cara pandang terhadap kehidupan (gawatnya kalo materialistik/ hedonistik/ permisifistik de el el), kemanusiaan dan peribadahan. Kalau ada kata ‘cinta’ dalam idola, maka berhati-hartilah. Kata Rasul, “Engkau akan bersama yang kau cintai di akhirat kelak.”
“Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian, dan janganlah kalian ikuti pemimpin-pemimpin selainNya...” (QS. Al-A’raf: 3)
Bro en Sis, kalo kita punya idola, yang jelas kita tidak pernah akan bisa melebihi idola kita, ini prinsip, meski ada pengecualian untuk ikhtiar khusus. Kalau begitu, kenapa kita tidak memilih idola yang terbaik aja?
Kita memilih idola ato tokoh panutan itu harus jelas tujuannya, bukan karena semata-mata suka pada penampilannya aja. Paling tidak kriterianya sebagai berikut:
1. Exis
Apanya yang harus jelas? Yup, tokohnya lah, masak kita mengidolakan tokoh yang GJ alias gak jelas en ga ada di alam nyata. Hehe..
2. Obyektif
Maksudnya pernak-pernik kehidupannya harus lengkap tercatat secara obyektif, tanpa bumbu-bumbu palsu dan ‘pemanis buatan’. Kalau riwayat hidupnya palsu dan dismarkan, kita juga bisa buat itu untuk siapapun.
3. Relevan
Selayaknya sisi hidupnya harus sedapat mungkin sesuai dengan kondisi kita. Kalau ‘muke lu jauh’ bagaimana bisa menjiwai? Hem,,
4. Perfect
Eits, ini yang jarang ada, kita pilih yang kehidupannya tanpa cacat en sebisa mungkin mendekati sempurna, terutama dipenghujungnya... chieee...
5. Teladan
Ups, bukan tempat buat foto copy lho.. hehe,, mksudnya tokoh ini harus benar-benar bisa dan mungkin untuk dicontoh. Soalnya, buat apa kalau nggak bisa buat dicontoh?
WHO?
Pertama, pasti kita setuju bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah figur sejarah yang kesejarahannya tak terbantahkan. Beliau bukan tokoh fiktif, rekaan, mitos, legenda maupun cerita rakyat. Beliau nyata adanya.
Kedua, tak ada satu pun tokoh sejarah yang riwayat hidupnya, tindak-tanduknya, ucapannya, cara hidupnya dan seluruh pernik kesehariannya tercatat selengkap beliau. Bahkan cacatan itu pun dibuat seteliti mungkin, dibersihkan dari praduga, kira-kira dan segala syak wasangka. Andai kata kita pernah bohong sama ayam, kambing, atau unta dengan, ‘Kur.. kur.. kur..!’, misalnya. Imam Al-Bukhori atapun Imam Muslim ibn Hajjaj akan mencoret nama kita dari daftar orang yang dipercaya periwayatannya tentang beliau (Rasulullah saw), RUAR Biasa...!!
Ketiga, ada alasan lain yang memuat seseorang muslim tidak bisa tidak harus menjadikannya sebagai uswah dan qudwah. Kehidupan beliau begitu multidimensi, merangkum semua kemuliaan yang harus dimiliki seorang mukmin dalam posis apapun yang ia duduki. Kaya iya, miskin juga sering. Bangsawan iya, tapi hidupnya menjelata. Suami yang membina rumahtangga dengan satu isteri pernah, dengan beberapa isteri juga pernah.
Keempat, malu rasanya kalau harus mengganti posisinya sebagai uswah dengan tokoh apapun yang tak jelas, apalagi yang jelas punya cacat. Sekali lagi, hanya beliau satu-satunya tokoh sejarah yang seluruh sisi perjalanan hidupnya lengkap tercatat, , dan sungguh semua itu tanpa cacat..!!
Kelima, bahwa beliau adalah manusia, tentu menjadi alasan sendiri untuk dicontoh umatnya yang juga sama-sama manusia. Umat Islam sangat beruntung, tidak diperintahkan untuk meneladani ‘manusia setengah dewa’ dala mitos dan legenda, seperti di Yunani, ataupun meniru para ‘titisan dewa’ dalam Ramayana dan Mahabarata. Umat ini ‘hanya’ diperintahkan untuk mencontoh seorang manusia lain yang berpredikat’hamba Allah dan RasulNya.’
“Sungguh telah ada bagi kalian, pada diri Rasulillah itu suri teladan yang baik. Bagi orang yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan hari akhir. Dan dia banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Beliau adalah bukti, bahwa Al-Quran –pedoman hidup abadi semua manusia yang datang dari PenciptaNya- bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Kata Aisyah. “Kaana khuluquhul Quran!, Akhlaknya adalah al-Quran!” Siapakah yang menyangsikan akhlaknya sementara sertifikat langit menjaminnya.
“Dan sesungguhnya, engkau berada di atas akhlak yang agung!” (QS. Al-Qalam: 4)
Kemarin saat kita masih santri TPA, tentu fokus perhatian kita tertuju pada kisah para Nabi adalah keajaiban mu’jizat yang luar biasa. Tapi kini, saatnya kita memfokuskan diri tentang bagaimana tokoh kita ini melalui masa mudanya, mengisi waktu luangnya, strateginya memecahkan masalah-masalah pelik, sikapnya menghadapi tekanan-tekanan, bagaimana ia membentuk jiwa kepemimpinan, bagaimana ia membangun persahabatan de el el...
Selain Nabi Muhammad saw., tentunya banyak tokoh yang bisa kita jadikan inspirasi dalam menjalani kehidupan ini. Bukan hanya artis atau grup band, banyak tokoh Islam yang waktu masih mudanya udah sukses membela agama dan negara, like Ali bin Abi Tholib, Salman al-Farisi, Shalahuddin al-Ayyubi, Thoriq bin Ziyyad dan masih banyak lagi. Semoga para pembaca tidak asing lagi dengan nama-nama tersebut. Kalo kita lebih mengenal Pasha Ungu atau Herry Potter, hadeuh,, rasa keislaman kita patut dipertanyakan tuh... So, jangan sampai salah pilih idola ya... (Referensir: Gue Never Die, Salim A.Fillah dan lainnya dengan perubahan)